Jean Chrétien Baud, Sang Pendukung Sekaligus Penerus Tanam Paksa


Bacakun | Jean Chrétien baron Baud atau sering disingkat menjadi J.C. Baud  merupakan mantan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-44 yang menjabat kurang lebih dua tahun. Tidak hanya menjadi Gubernur Jenderal, dia juga menjabat sebagai menteri, yaitu Menteri Angkatan Laut dan Menteri Jajahan. Nampaknya, dia sangat setia kepada Negeri van Oranje, Belanda hingga menyengsarakan bangsa Indonesia waktu itu. 

Hai, kembali lagi membaca sejarah di Bacakun! Semoga apa yang Anda baca kali ini dapat menambah wawasan khususnya mengenai peristiwa masa lalu dan dapat dijadikan pembelajaran untuk hari ini dan masa yang akan datang. Kali ini kita akan membahas salah satu Gubernur Jenderal Hindia Belanda, J.C. Baud. Mungkin terdengar asing karena jarang disebutkan dalam pelajaran Sejarah secara umum. 

J.C. Baud lahir pada tanggal 23 Oktober 1789 di Den Haag, Belanda merupakan seorang yang sangat setia pada negaranya, hal itu telah dibuktikannya ketika saat pemerintahan pertama Belanda, Raja Willem I Frederik. Merupakan seorang pro konservatif (ajaran lama) yang menentang adanya liberalisme di Belanda maupun wilayah jajahannya. 

Kita tahu bahwa kebijakan tanam paksa (cultuurstelsel) adalah kebijakan dari Johannes van den Bosch, yang dikenal secara luas baik dalam pelajaran Sejarah dan hal-hal mengenainya. Mengutip dari tirto, Baud sendiri menggantikan Bosch setelah dinilai kurang memuaskan dalam pelaksanaan tanam paksa menurut Raja Willem I. 

Setelah diangkat, J.C. Baud diharapkan bisa memberikan arah angin baru bagi Belanda dalam pelaksanaan tanam paksa yang baru. Namun, pendirian Baud yang serba konservatif tidak begitu membuahkan hasil yang memuaskan. Walau begitu, kebijakannya telah melekat dan memberikan Belanda secercah harapan sebelum akhirnya dihapuskan. 

J.C. Baud memulai kariernya sebagai Gubernur Jenderal ketika saat itu dikagumi oleh Gubernur Jenderal Janssens yang pergi berlayar bersama Baud ke Pulau Jawa dan menjadi pengalaman pertamanya, dia tiba di tanah jajahan, Hindia Belanda. Pemerintah Belanda sangat menyegani Baud, hingga akhirnya tidak lama untuk dia dijadikan direktur di Hindia Belanda. 

Alasan Baud sangat dihormati oleh pemerintah, lantaran dia sendiri merupakan seorang yang kontra dengan kaum liberal. Tidak hanya itu saja, dia juga mengagumi Renaisans dan terinspirasi dengan adanya Revolusi Perancis. Dia juga amat dekat dengan van den Bosch, tidak heran bahwa Baud akhirnya ditunjuk sebagai penerusnya. 

Hal itu terlihat ketika pasca Perang Jawa oleh Pangeran Diponegoro telah usai. Perang tersebut tidak menghentikan niat pihak Belanda untuk terus memonopoli dan menjajah Hindia Belanda. Terlebih ketika Baud mengeluarkan kebijakannya, yaitu monopoli hasil tanam paksa baru dan restorasi pada tatanan Jawa. Walaupun begitu, dia memandang Jawa lebih rendah dari Eropa. 

Tindakan Baud bukan berarti kejam terhadap orang Asia. Dapat dilihat ketika dirinya membantu rakyat yang kelaparan akibat gagal panen, serta mendirikan lembaga Delft dan KITLV (Koninklij Instituut vor Taal - Land en Volkenkunde) yang dikatakan dapat mereformasi tanah jajahan hingga beberapa wilayahnya. 

Pendirian itu didasarkan pada hobi Baud yang menyukai kebudayaan suatu daerah serta sejarah yang ada didalamnya. Menurutnya, keputusan adanya lembaga tersebut tepat untuk melancarkan sistem yang telah dijalankan pemerintah Belanda untuk kedepannya yang lebih baik lagi, hingga ketika Belanda dikuasai kaum liberal. 

Ada satu kedekatan antara orang pribumi dengan Baud, namanya adalah Raden Saleh. Ya, dia merupakan pelukis yang terkenal dalam sejarah Indonesia dengan aliran romantisme. Kala itu, dia memanfaatkan kesempatan yang Baud berikan kepada pribumi untuk mengenyam pendidikan, hingga akhirnya keduanya layaknya murid dan guru. Hal itu dibuktikan ketika Raden Saleh pernah melukis J.C. Baud bersama keluarganya. 

Kebijakan J.C. Baud tersebut nampaknya telah memberikan solusi baru bagi Nusantara, ketika kala itu seorang sarjana bernama Christiaan Snouck Hurgronje yang juga disebutkan dalam pelajaran Sejarah Indonesia mendukung adanya politik etis tahun 1901 dan bantuan kepada para pelajar khususnya bagi rakyat intelektual pribumi. 

Jean Chrétien Baud meninggal pada tanggal 27 Juni 1859 di tanah kelahirannya Den Haag, Belanda. Tepat hari ini adalah peringatan kematian ke-61 baginya. Baud meninggal dalam status sebagai penerus tanam paksa yang jarang disebutkan dalam sejarah dan pikirannya yang terkenal bahwa Belanda bergantung pada tanah jajahan. 
Jika Hindia adalah gabus yang mengapung, maka Belanda adalah yang mengapung diatas gabus tersebut. — Jean Chrétien baron Baud 

Terima kasih telah membaca informasi ini, semoga bermanfaat. Sekian, Salam Sejarah, JASMERAH! Salam Bacakun! 

0 Response to "Jean Chrétien Baud, Sang Pendukung Sekaligus Penerus Tanam Paksa"

Post a Comment